Senin, 04 Maret 2013

Katalitik "PLTN"



KATA PENGANTAR
                                                                      
Puji syukur senantiasa kami panjatkan ke hadirat Allah SWT., karena berkat rahmat dan karunia-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Katalis pada PLTN dan  Katalis pada Lingkungan” ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
            Selama tim menyusun makalah ini, kami telah mendapatkan pembelajaran dari berbagai pihak. Oleh karena itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada:
1.    Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami
2.   Ibu Tutik Purwanti S.T selaku guru pembimbing yang senantiasa membantu kami saat mengalami kesulitan
3.    Rekan siswa yang telah memotivasi penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwasannya masih banyak sekali kekurangan pada makalah ini, oleh karenanya penyusun sangat berharap adanya saran, kritik, maupun respon  yangbersifat membangun guna perbaikan di masa yang mendatang serta sebagai bahan evaluasi . Akhir kata, semoga makalah yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi kita semua.


                         Bogor, Oktober 2012

                         Penyusun


       BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG

Dewasa ini, banyak sekali proses-proses industri yang didasarkan oleh berbagai reaksi kimia dengan bantuan katalis. Fenomena katalisis pada dasarnya adalah kemampuan untuk meningkatkan laju reaksi kimia, atau mempercepat tercapainya kesetimbangan kimia dengan penurunan energi aktivasi suatu proses reaksi. Katalis sendiri terlibat dalam reaksi tetapi tidak dikonsumsi dalam reaksi karena pada akhir reaksi katalis akan di regenarsi kembali. katalisis memiliki peran penting untuk menghemat energi produksi, selektivitas produk, pemanfaatan sumber daya yang terbatas dan tanggung jawab terhadap keberlangsungan lingkungan dalam jangka panjang. Dalam proses industri kimia, konsep katalisis merupakan wujud konversi energi secara modern yang memperhatikan efisiensi produk ( dengan meminimalisir produk samping) dan berdasar pada konsep teknologi yang memperhatikan keberlangsungan lingkungan. Katalis merubah kinetika reaksi, namun tidak mengubah termodinamikanya.  Hal ini dicapai dengan menggunakan senyawa yang disebut katalis. Salah satu aplikasinya adalah katalis pada Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) dan katalis pada lingkungan.

1.2     SASARAN dan TUJUAN

1.      Dapat mendeskripsikan pengertian/definisi katalis
2.      Memahami reaksi katalis pada PLTN dan pada Lingkungan
3.      Mengetahui jenis katalis yang digunakan dalam Industri Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir dan dalam kegiatan pengendalian pencemaran.
4.      Mengetahui kegunaan/fungsi katalis dalam industri Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir dan dalam kegiatan pengendalian pencemaran.
       BAB II
KAJIAN TEORI

2.1  PENGERTIAN KATALIS

Katalisator adalah zat yang ditambahkan ke dalam suatu reaksi yang mempunyai tujuan memperbesar kecepatan reaksi. Katalis terkadang ikut terlibat dalam reaksi tetapi tidak mengalami perubahan kimiawi yang permanen. Fungsi katalis adalah memperbesar kecepatan reaksinya (mempercepat reaksi) dengan jalan memperkecil energi pengaktifan suatu reaksi dan dibentuknya tahap-tahap reaksi yang baru. Dengan menurunnya energi pengaktifan maka pada suhu yang sama reaksi dapat berlangsung lebih cepat.
2.2. PENGENALAN PLTN
Masyarakat pertama kali mengenal tenaga nuklir dalam bentuk bom atom yang   dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki dalam Perang Dunia II tahun 1945. Disamping sebagai senjata pamungkas yang dahsyat, sejak lama orang telah memikirkan bagaimana   cara memanfaatkan tenaga nuklir untuk kesejahteraan manusia. Sampai saat ini tenaga nuklir, khususnya zat radioaktif telah dipergunakan secara luas dalam   berbagai   bidang,   antara lan bidang industri, kesehatan, pertanian, peternakan, sterilisasi produk farmasi dan alat kedokteran, pengawetan bahan makanan, bidang hidrologi, yang merupakan aplikasi teknologi nuklir untuk non energi.
Salah satu pemanfaatan teknik nuklir, yaitu dalam bidang energi saat ini sudah berkembang dan dimanfaatkan secara besar-besaran dalam bentuk Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), dimana tenaga nuklir digunakan untuk membangkitkan tenaga listrik yang relatif murah, aman, dan tidak mencemari lingkungan.Pemanfaatan teknik nuklir dalam bentuk PLTN mulai dikembangkan secara komersial sejak tahun 1954.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 DASAR TEORI

Nuklir merupakan istilah yang berhubungan dengan inti atom yang tersusun atas dua buah partikel yaitu proton dan neutron. Reaksi nuklir adalah proses dimana partikel nuklir bertabrakan untuk menghasilkan produk yang berbeda dari partikel awal. Bahan bakar yang digunakan untuk melakukan reaksi nuklir adalah Uranium dan tidak dapat menggunakan sembarang unsur. Umumnya Uranium yang digunakan adalah Uranium-235(92U235) yang merupakan isotop dari uranium-238(92U238). Ada dua macam reaksi pada nuklir yaitu reaksi fisi ( pembelahan inti) dan reaksi fusi (penggabungan inti). Reaksi fisi adalah reaksi pembagian atom menjadi lebih kecil dan reaksi fisi menggunakan neutron untuk memecah/membagi atom menjadi kecil supaya masuk ke inti. Sedangkan reaksi fusi itu reaksi atomnya bergabung.
                                         Gambar 3.1 Batu Uranium



a.       Reaksi Fisi
          Reaksi dimana atom inti terbagi menjadi bagian yang lebih kecil, melepaskan sejumlah energi yang besar dalam prosesnya. Umumnya hal ini dilakukan dengan “menembak” sebuah neutron pada inti dalam sebuah atom. Energi dari “neutron” peluru menyebabkan elemen sasaran dipecah dua atau lebih elemen yang lebih ringan dari atom. Saat partikel neutron ini menembus inti Uranium maka inti tersebut akan tereksistasi dan menjadi tidak stabil dan akan kehilangan bentuk asalnya. Inti akan membelah menjadi unsur-unsur yang lebih kecildengan melepaskan energi dalam bentuk bentuk panas, sekaligus melepaskan 2-3 neutron. Saat inti mengalami perubahan bentuk, inti memancarkan radiasi-radiasi alfa, beta, dan gamma.
          Selama fisi dari Uranium-235, tiga neutron dilepaskan dua atom. Jika neutron berbenturan dengan inti U-235 didekatnya, mereka dapat merangsang fisi dari atom-atom dan memulai reaksi berantai nuklir. Reaksi berantai ini adalah dasar dari tenaga nuklir. Sebagian atom uranium terus membelah, sejumlah besar yang dilepaskan dari reaksi. Panas yang dilepaskan dari reaksi ini digunakan untuk menghasilkan energi listrik. Unsur yang sering digunakan dalam reaksi fisi nuklir adalah plutonium dan Uranium (terutama plutonium-239 dan Uranium-235).
          Salah satu contoh dari reaksi fisi adalah reaksi fisi pada partikel Uranium-235 yang ditumbuk oleh sebuah neutron yang bergerak pelan proses penyerapan neutron oleh Uranium-235 mengakibatkan terbentuknya partikel Uranium-236 yang tidak stabil sehingga terbelah menjadi partikel kripton-92, barium-141, dan beberapa neutron bebas serta sejumlah energi. Reaksi fisi dapat berlangsung secara terus-menerus yang biasa disebut dengan reaksi rantai. Energi yang dihasilkan dari reaksi ini dapat dikonversi menjadi energi listrik pada sebuah pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN).

Untuk reaksi fisi dua syarat harus dipenuhi :
M  Massa kritis dari substansi (jumlah minimun massa diperlukan untuk fisi mandiri)
M  Sebuah neutron yang relatif lambat diperlukan untuk memulai proses



b.      Reaksi Fusi
          Fusi nuklir adalah reaksi dimana dua atau lebih inti bergabung bersama untuk membentuk elemen baru dengan yang lebih tinggi nomor atomnya. Pada reaksi jenis ini inti-inti atom bergabung membentuk inti atom yang lebih besar. Reaksi ini biasanya terjadi pada matahari atau bintang-bintang dan ledakan bom hidrogen. Reaksi ini digolongkan dalam reaksi endotermik (bereaksi dengan memerlukan energi). Dalam kasus reaksi fusi nuklir jumlah bahan radioaktif sebagai limbah yang dihasilkan sangat kecil reaksi fusi adalah metode yang ramah lingkungan menghasilkan tenaga nuklir.           Bom hidrogen adalah contoh dari fusi nuklir. Energi yang dilepaskan oleh fusi adalah 3-4 kali lebih besar dari energi yang dilepaskan oleh fisi. Hal ini karena jumlah massa diubah menjadi energi yang jauh lebih besar dalam reaksi fusi da pada reaksi fisi.

3.2 PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN)

     Pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) adalah stasiun pembangkit listrik termal dimana panas yang dihasilkan diperoleh dari satu atau lebih reaktor nuklir pembangkit listrik.
a.       Sejarah
Reaktor nuklir yang pertama kali membangkitkan listrik adalah stasiun pembangkit percobaan EBR-I pada 20 Desember 1951  di Amerika Serikat. Pada 27 Juni 1954, PLTN pertama didunia yang menghasilkan listrik untuk jaringan listrik (power grid) mulai beroperasi di Obninsk, Uni Soviet. PLTN skala komersil pertama adalah Calder Hall di Inggris.
b.      Jenis-jenis PLTN
PLTN dikelompokan berdasarkan jenis reaktor yang digunakan. Tetapi ada juga PLTN ynag menerapkan unit-unit independen, hal ini bisa menggunakan jenis reaktor yang berbeda. Sebagai tambahan, beberapa jenis reaktor berikut ini, dimasa depan diharapkan mempunyai sistem keamanan pasif.
c.       Reaktor Fisi
Reaktor daya fisi membangkitkan panas melalui reaksi Fisi nuklir dari isotop fissil Uranium dan Plutonium. Reaktor daya fisi dikelompokan lagi menjadi :

Ë Reaktor thermal
Menggunakan moderator neutron untuk melambatkan neutron sehingga mereka dapat menghasilkan reaksi fisi selanjutnya. Neutron yang dihasilkan dari reaksi fisi mempunyai energi yang tinggi atau dalam keadaan cepat, dan harus diturunkan energinya atau dilambatkan (dibuat thermal) oleh moderator sehingga dapat menjamin kelangsungan reaksi berantai. Hal ini berkaitan dengan jenis bahan bakar yang digunakan reaktor thermal yang lebih memilih neutron lambat ketimbang neutron cepat untuk melakukan reaksi fisi.
Ë  Reaktor cepat
Menjaga kesinambungan reaksi berantai tanpa memerlukan moderator neutron. Karena reaktor cepat menggunakan jenis bahan bakar yang berbeda dengan reaktor thermal, neutron yang dihasilkan direaktor cepat tidak perlu dilambatkan guna menjamin reaksi reaksi fisi tetap berlangsung. Boleh dikatakan, bahwa reaktor thermal menggunakan neutron thermal dan reaktor cepat menggunakan neutron cepat dalam proses reaksi fisi masing-masing.
Ë  Reaktor subkritis.
Menggunakan sumber neutron luar ketimbang menggunakan reaksi berantai untuk menghasilkan reaksi fisi. Hingga 2004 hal ini hanya berupa konsep teori saja, dan tidak ada purwarupa yang diusulkan atau dibangun untuk menghasilkan listrik, meskipun beberapa laboraturium mendemostrasikan dan beberapa uji kelayakan sudah dilaksanakan.

d.      Reaktor Fusi
Fusi nuklir kemungkinan pelepasan energi yang besar dengan hanya sedikit limbah radio aktif yang dihasilkan serta dengan tingkat keamanan yang lebih baik. Namun demikian, saat ini masih terdapat kendala-kendala bidang keilmuan, Teknik dan ekonomi yang menghambat penggunaan energi fusi guna pembangkit listrik.
                 Gambar 3.2 Reaksi Fisi dan Reaksi Fusi

e.       Cara Kerja
Pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN), misalnya, mengupayakan untuk mengambil energi yang dilepas ketika sebuah inti atom pecah menjadi inti atom yang lebih kecil (disebut reaksi fisi). Tempat terjadinya reaksi ini didalam PLTN disebut reaktor. Reaksi tersebut harus dapat dikontrol oleh operator (manusia), jika tidak maka terjadi reaksi berantai yang tak-terkendali dapat berakibat fatal(seperti meledak).
Inti atom yang dipecah berasal dari atom yang tidak stabil (radioaktif) seperti Uranium-235. U-235 adalah isotop Uranium yang sangat reaktif terhadap reaksi berantai. Dalam tehnik nuklir, partikel yang mampu memberikan reaksi berantai ini disebut fissile. Angka 235 adalah massa atom yang menunjukan jumlah proton dan neutron dalam intinya. Proton dan neutron adalah partikel penyusun inti atom, disebut nukleon.

Gambar 3.3 Proses PLTN
                             Gambar 3.4 Pemasangan Uranium

f.       Reaksi berantai dari U-235
Untuk menghasilakan reaksi berantai, inti atom U-235 ditembak oleh sebuah neutron yang bergerak lambat (disebut “slow neutron” atau juga “thermal neutron”. Kecepatan gerak neutron sesungguhnya dapat diatur, tetapi telah dihitung sedemikian rupa sehingga reaksi berantai dari gerakan neutron yang lambat lebih mudah dikontrol. Ketika slow neutron mengenai targetnya, yaitu inti atom U-235, inti atom pecah menjadi dua buah inti atom yang lain dan sejumlah neutron. Neutron-neutron hasil dari reaksi ini akan mengenai inti atom U-235 lainnya dan begitu seterusnya. Inilah yang disebut “reaksi berantai”.

Reaksi berantai harus dapat dikendalikan oleh operator, dan oleh karena itulah kecepatan neutron pertama yang ditembakan harus rendah supaya reaksi berantai yang dihasilkan dapat dikendalikan. Dalam bom nuklir, justru butuh reaksi berantai yang tak terkontrol sehingga energi yang dihasilkan sangat besar.
                                         Gambar 3.5 reaksi berantai

g.      Prinsip dasar kerja PLTN
Secara sederhana, skematik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Reaksi fisi berantai terjadi di reaktor (C), dengan bahan bakar U-235 dalam bentuk batangan (kira-kira sepanjang 2,5 cm). Batangan U-235 dikontrol oleh batang pengontrol (B). Operator menaik turunkan batang pengontrol ini untuk mengontrol kecepatan reaksi berantai. Batang turun berarti semakin cepat reaksi terjadi, begitu juga sebaliknya.
Energi yang dihasilkan oleh reaksi fisi dibawa dalam bentuk panas oleh fluida khusus ke tabung air (D). Panas ini mendidihkan air yang uapnya dibawa oleh pipa untuk menggerakan turbin (H). Dibelakang turbin ada generator (G) yang mengubah energi gerak mekanik menjadi listrik.
Uap air yang telah menggerakkan turbin kehilangan panasnya dan berubah kembali menjadi air. Untuk mempercepat proses pendinginan, air dingin dari menara air (J) disalurkan lewat pipa (I). Air yang telah dingin dipompa ke (D). Begitu seterusnya.

Keuntungan PLTN dibandingkan dengan pembangkit daya utama lainnya adalah :
¦ Tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca (selama operasi normal) gas rumah kaca hanya dikeluarkan ketika generator diesel darurat dinyalakan dan hanya sedikit menghasilkan gas.
¦ Tidak mencemari udara – tidak menghasilkan gas-gas berbahaya seperti karbon monoksida, sulfur dioksida, aerosol, mercury, nitrogen oksida, partikulate/asap fotokimia.
¦ Sedikit menghasilkan limbah padat (selama operasi normal).
¦ Biaya bahan bakar rendah – hanya sedikit bahan bakar yang diperlukan.
¦ Ketersediaan bahan bakar yang melimpah – sekali lagi, karena sangat sedikit bahan bakar yang diperlukan.
¦ Baterai nuklir.
Berikut ini beberapa hal yang menjadi kekurangan PLTN :
¦ Resiko kecelakaan nuklir – kecelakaan nuklir terbesar adalah kecelakaan chernobyl (yang tidak mempunyai containment building).
¦ Limbah nuklir – limbah radioaktif tingkat tinggi yang dihasilkan dapat bertahan hingga ribuan tahun.

h.      limbah dari Nuklir
limbah dari nuklir akan berbahaya dan beracun bila tidak ditangani dengan baik. Radioaktivitas dari limbah nuklir akan membahayakan manusia dan lingkungan dengan 2 cara yaitu :
Ë Radiasi Eksternal secara langsung dari gelombang sinar panjang, hal ini mengakibatkan kerusakan pada sel-sel tubuh manusia dari luar
Ë Radiasi Internal jika material radioaktif memasuki tubuh (melalui pernapasan, makanan, dsb) dimana radiasi gelombang pendek juga menyebabkan kerusakan.
Limbah dari PLTN sejak 1985 disimpan / dibuang dalam CLAB, yaitu tempat atau gudang yang letaknya dalam kolam air dibawah bukit batu sedalam 25 m dari permukaan. Kemudian pada awal tahun 90-an, CLAb dikembangkan menjadi encapsulation plant, yaitu tampat pembuangan / penyimpanan yang dilengkapi kapsulatau tembaga sebagai tempat spent fuel (limbah PLTN) kemudian dipendam dalam lobang dibawah terowongan dengan kedalaman sekitar 500 m dalam bedrock.



3.3 KATALIS PADA LINGKUNGAN
                        Pencemaran limbah industri di sungai-sungai Indonesia yang sudah lumayan memprihatinkan. Di Jawa Barat, hampir semua sungai yang mengalir sudah tidak jernih lagi airnya alias tercemar. Biodegradable detergents pun bila digunakan secara berlebihan akan tetap merusak lingkungan karena ekosistem yang ada lepas tangan. Para pakar kesehatan meyakini bahwa air yang sudah melalui proses penjernihan pun tetap memiliki kandungan polutan yang infinitesimal dalam part per million (ppm) hingga part per trillion (ppt). Walaupun sangat sedikit kandungan polutan yang ada tetap dapat merusak proses metabolisme tubuh yang berujung pada tingkat intelektual, imunitas, reproduksi, hingga tingkat molekular genetika.
                  1.         Kimia Hijau
                Dalam beberapa dekade terakhir, Green Chemistry Institut of the American Chemical Society terus mendukung proyek-proyek yang peduli lingkungan. Salah satu proyek yang mcukup berhasil adalah Carnegie Mellon University’s for Green Oxidation Chemistry. Mereka berhasil mengembangkan katalis yang bekerja seperti enzim, katalis tersebut dinamakan tetra-amida-macrocyclic ligand activators (TAML).
                TAML yang bekerja bersama hidrogen peroksida (H2O2) mampu meniru kerja enzim tubuh manusia untuk mengurangi toksin yang berbahaya seperti pestisida, pewarna tekstil, dan deterjen. TAML mampu menurunkan tingkat polusi bau, menjernihkan air, hingga bersifat desinfektan dengan membunuh bakteri setingkat anthrax.
                Saat TAML larut dalam air, hidrogen peroksida mengaktifkan TAML dengan menggantikan ligan H2O dengan H2O2 pada gugus TAML. Kemudian, H2O2 yang tidak stabil terurai kembali menjadi H2O menyisakan atom oksigen. Oksigen ini saling tolak menolak dengan atom besi (Fe) yang terdapat pada pusat TAML. Interaksi inilah yang membuat TAML aktif dan mampu bekerja sebagaimana enzim ataupun scavenger radikal bebas yang dalam hal ini polutan.
               Aplikasi Green Chemistry ini pun masih menyisakan suatu permasalahan tersendiri. Masyarakat yang tidak pikir panjang dengan mudah asal buang limbah dengan angan bahwa TAML dapat mengatasinya.
                  2.         TiO2 (Titanium Oksida)

        Karena industri–industri pun pasti mengeluarkan zat buang (limbah) yang dapat merusak lingkungan. Untuk itu, seiring perkembangan zaman, sudah seharusnya manusia mempelajari dan menerapkan cara untuk mengurangi dampak pencemaran. Salah satunya dengan senyawa-senyawa kimia yang membantu menangani permasalahan limbah, terutama limbah cair. Salah satu senyawa yang bisa membantu mengurangi dampak pencemaran adalah TiO2 Seperti reduksi fotokatalitik terhadap limbah logam berat cair Chromium (VI) dengan fotokatalisis TiO2.
                                            Gambar 3.6. Titanium Oksida
        Alasan penulis memilih senyawa TiO2 karena senyawa ini merupakan Material Cerdas berupa sensor cahaya atau berupa fotokatalis. Material Cerdas adalah material yang dapat merespon suatu rangsangan tertentu dari lingkungannya dan berakibat pada munculnya sifat-sifat tertentu dari material. Biasa digunakan pada proses penanganan limbah. Titanium dioksida, atau biasa disebut Titania adalah serbuk berwarna putih.
        TiO2 tidak menyerap cahaya tampak tetapi mampu menyerap radiasi UV sehingga dapat menyebabkan terjadinya radikal hidroksil pada pigmen sebagai fotokatalis. Partikel TiO2 telah cukup lama digunakan sebagai fotokatalis pendegradasi berbagai senyawa organik. TiO2 juga bersifat nontoksik, memiliki sifat redoks, yaitu mampu mengoksidasi polutan organik dan mereduksi sejumlah ion logam dalam laruatan. Selain murah, TiO2 tersedia secara komersial dan preparasinya mudah dilakukan di laboratorium. Fotokatalis adalah proses dimana suatu material bereaksi terhadap materi lain karena bantuan energi dari sinar UV. Mengambil manfaat dari reaksi yang terjadi itu, titanium dioksida yang dilibatkan dalam sistem fotokatalisis, memunculkan enzim aktif guna memecahkan atau menghantam bakteri, bau. Tidak diragukan lagi bahwa TiO2 mampu mengkatalisis proses fotodegradasi substratorganik. Tetapi penggunaan TiO2 secara langsung memberikan suatu permasalahan teknis karena TiO2 dalam air membentuk partikel tak larut setingkat koloid yang tidak mudah dipisahkan dengan air. Hal inilah yang menjadi pemikiran bahwa perlu adanya suatu bahan pembawa TiO2 yang juga tidak larut dalam air, dapat dibuat berpartikel lebih besar  tetapi tidak tenggelam dalam air (mengapung/ringan). Dalam penelitian ini digunakan pengemban Mg(OH)2.5H2O. Dimana dengan penambahan tersebut ada beberapa kemungkinan bentuk campuran, yaitu: TiO2-MgCO3, TiO2-MgO2, TiO2-MgO, TiO2-Mg(OH)2, atau pembentukan senyawa MgTiO3, Mg2TiO4, dan MgTi2O4.

BAB IV
PENUTUP

               Alhamdulillah, puji syukur kami ucapkan, berkat kehendak-Nyalah kami mampu menyusun makalah ini hingga tuntas. Penyusun juga mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang turut serta berperan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
               Mudah-mudahan makalah yang sederhana ini senantiasa memberikan manfaat bagi kita semua. Selanjutnya pada bagian akhir ini penyusun akan menuliskan intisari atau kesimpulan dari seluruh materi yang telah dibuat.

Kesimpulan :
1.         Katalisator adalah zat yang ditambahkan ke dalam suatu reaksi yang mempunyai tujuan memperbesar kecepatan reaksi
2.         Nuklir merupakan istilah yang berhubungan dengan inti atom yang tersusun atas dua buah partikel yaitu proton dan neutron
3.         Ada dua macam reaksi pada nuklir yaitu reaksi fisi ( pembelahan inti) dan reaksi fusi (penggabungan inti)
4.         Pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) adalah stasiun pembangkit listrik termal dimana panas yang dihasilkan diperoleh dari satu atau lebih reaktor nuklir pembangkit listrik
5.         Tetra-amida-macrocyclic ligand activators (TAML) merupakan katalis yang bekerja seperti enzim.
6.         Salah satu senyawa yang bisa membantu mengurangi dampak pencemaran adalah TiO2 (Titanium Oksida) Seperti reduksi fotokatalitik terhadap limbah logam berat cair Chromium (VI) dengan fotokatalisis TiO2.


DAFTAR PUSTAKA


Tidak ada komentar:

Posting Komentar